PROSES LEARNING DAN TEACHING TRAJECTORY
Refleksi kuliah Pengembangan Learning
Trajectory Pendidikan Dasar, mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta Program Study Pendidikan Dasar Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)
pada pertemuan ke 8, Hari Rabu 8 April 2015 yang dilaksanakan pada pukul
07.00-08.40 WIB di ruang 200B gedung lama pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta dengan dosen Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Perkuliahan dibuka dengan membaca
basmalah dan presensi mahasiswa.
Perkuliahan dimulai masukan nasehat,
bahwa sebagai manusia yang berilmu harus dapat menyesuaikan ruang dan waktu.
Dapat menempatkan suasana dan kondisi yang ada. Lalu, disemangati lagi untuk
sering-sering membaca dengan ikhlas, karena tugas sebagai mahasiswa adalah
belajar. Dan belajar memahami sesuatu ilmu haruslah dimulai dari niat dan
keikhlasan. Blog yang ada dibaca oleh mahasiswa merupakan referensi perkuliahan
yang sangat bermanfaat. Karena manusia bukanlah sebuah komputer yang akan
diketahui kapan sebuah ilmu masuk dan terekam dalam memori. Jika komputer
terdeteksi ada sesuatu yang masuk, maka akan ada signal atau tanda, namun
manusia jika bertambah keilmuwanya tidak akan disadari oleh dirinya sendiri.
Tambahnya ilmu dalam diri manusia bisa melalui belajar, membaca, memahami, dan
akhirnya tersimpan dalam diri kita sebagai memori.
Learning trajectory merupakan sebuah
ilmu yang berpasangan dengan Teaching trajectory, dimana Learni Trajectory
adalah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana pembelajaran sebaiknya
berlangsung dan Teaching Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana
sebaiknya guru bersikap dalam pembelajaran. Learning Trajectory dan Teaching
Trajectory jika ditarik sebuah garis imaginer akan terdapat dua garis lurus
keatas dan dua garis lurus kebawah. Garis keatas berisi filsafat, sedangkan
garis lurus ke bawah berisi material. Garis imajiner membagi semua hal menjadi
dua bagian, yaitu bagian atas dan bawah. Pembagian tersebut dapat terlihat
dalam tabel berikut.
Dari bagan diatas terlihat jelas
perbedaan bagian atas dan bawah. Bagian atas merupakan sebuah wadah atau tempat
yang dijadikan pedoman utama dan dapat dikatakan sebagai filsafatnya
pendidikan, sedangkan bagian abwah adalah bagian material, dimana disini berisi
aplikasi atau bentuk nyata dari wadah-wadah tersebut. Bagian atas tersebut
dapat berbentuk seperti bagian yang ada dibawah ini karena mengalami proses
hermenitika yaitu proses menerjemahkan dan diterjemahkan dengan berbagai cara.
Misalnya karena saling mempelajari, dipelajari, dilakukan penelitian, usaha
untuk menerjemahkan dan diterjemahkan,dll.
Sebagai seorang pendidik nantinya harus
selalu melakukan hermenitika hidup secara kontinu, secara rutin, dan berusaha
selalu. Guru merupakan seseorang yang ahli dalam bidang pendidikan dan dibekali
oleh ilmu untuk menyampaikan dan mengolah ilmu sesuai dengan ruang dan waktunya
peserta didik. Jadi, agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sesuaikan
pembelajaran dengan karakteristik siswa. Bagaimana mengetahui karakteristik
siswa yang bervariasi adalah dengan cara menerjemahkan dan diterjemahkan,
dengan cara proses, pendekatan, dilakukan secara rutin dengan anak-anak dan
disesuaikan juga dengan karakteristik peserta didik sesuai dengan usia. Sebagai
seorang guru diharapkan juga dapat mengolah ilmu pengetahuan yang diperoleh
mejadi pengetahuan yang dapat diterima siswa.
Misalnya untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan untuk siswa sekolah dasar yang berada pada tahap operasional
konkret menurut Jean Piaget kita harus dapat menyampaikan ilmu yang abstrak
tersebut menjadi konkret (nyata) di hadapan peserta didik. Dapat menggunakan
bawang-barang disekitar siswa untuk lebih mudah menstranfer informasi kepada
peserta didik. Dari pengalaman nyata yang dimiliki siswa, siswa dapat memahami,
membayangkan dan juga membantu menyelesaikan masalahnya dalam kehidupan
sehari-hari berkaitan dengan ilmu yang kita berikan. Menjadikan pembelajaran
menjadi bermakna merupakan tujuan dari sebuah pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar