MEMBANGUN
LEARNING TRAJECTORY DAN
MENERAPKAN
KE DALAM TEACHING TRAJECTORY
OLEH
SASI MARDIKARINI
Learning trajectory merupakan ilmu
pengetahuan yang berisi mengenai cara bagaimana pembelajaran sebaiknya terjadi,
sedangkan pasangan dari Learning Trajectory merupakan Teaching Trajectory yaitu
ilmu yang berisi mengenai cara bagaimana guru sebaiknya mengajar. Dalam sebuah
bagan dapat dijelaskan bahwa Learning Trajectory (LT) dan Teaching Trajectory
(TT) itu dua hal yang sangat berbeda namun sangat saling berhubungan. Bagan LT
dan TT dapat dilihat sebagai berikut.
Semakin keatas naik menuju langit,
menuju ke awan yaitu ada filsafatnya, ada paradikmanya, sedangkan semakin ke
bawah semakin ke bumi ada pengalaman, ada materialnya. Dalam pendidikan,
Learning Trajectory itu merupakan Formalnya, atau dokumen resminya yang
didalamnya terdiri dari UUD 1945, UU SISDIKNAS, PP, PERMEN. Sedangkan dalam
pendidikan, Teaching Trajectory itu merupakan aplikasinya misalnya dalam bentuk
Kurikulum, Silabus, RPP, dll. jika guru dalam keseharianya hanya berpatokan
pada kurikulum, silabus, dll maka guru tersebut masih berada pada tahap
pekerja, atau “tukang ajar”. Guru yang baik seharusnya mengetahui tingkatan
diatasnya yaitu dokumen resmi yang memiliki akuntabilitas (dapat dipercaya).
Bagaimana guru bisa mengetahuinya? Salah satunya adalah dengan cara membaca
referensi apa saja, membaca blog. Selain itu guru juga harus menambah materi
yang ada di bagian bawah misalnya menambah pengalaman. Pengalaman bisa ditambah
dengan berbagai cara salah satunya adalah VTR (Video Tape Recorder). Lebih ke
bawah lagi dalam bagian material, seorang guru harus mengetahui konteks
siswanya, bagaimana keadaan siswanya. Misalnya dengan mengetahui konteks fisik,
budaya, sastra, adat,dll dari siswanya.
Tujuan dari semua itu tidak lain dan
tidak bukan adalah 1) agar seorang guru dapat mengerti makna (arti) yang
sesungguhnya dari ilmu pengetahuan, 2) dapat menggunakan metode dengan baik
(epistimologinya) namun tetap harus mengingat estetikanya. Makna (arti) dalam
konteks ini dapat didasarkan atas wadah dan isinya. Makna (arti) selalu
berurusan dengan wadah dan isinya. Siapakah dirimu? Sesuai dengan wadah dan isi
di dalam pikiran sesuai dengan ruang dan waktunya. Jadi arti atau makna selalu
bergantung dengan wadahnya.
Pendidikan pada sekolah dasar sangatlah
berbeda dengan pendidikan pada SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Jangan sampai
disamaratakan pendidikan untuk Perguruan Tinggi dengan pendidikan di sekolah
dasar. Jika hal itu terjadi, berarti guru tersebut tidak mengerti akan ruang
dan waktu. Bagaimana cara mengerti ruang dan waktu dalam pendidikan? Caranya
adalah dengan berhermenitika, yaitu saling menerjemahkan dan diterjemahkan.
Sebagai guru, seharusnya memiliki referensi yang cukup dengan banyak membaca
berbagai referensi yang ada, membaca teori, mengambil makna dari apa yang
dibaca, dipahami, hingga diterjemahkan dengan menambah pengalaman seperti
menonton VTR, melakukan lesson study, evaluasi pembelajaran, peer teaching,dll
ditambah lagi dengan memahami material peserta didik. Dengan ini, guru selalu
melakukan hermenitika hidup khususnya dalam pendidikan. Dalam melakukan
hermenitika juga terdiri dari banyak titik perkembangan yang masing-masing
titik tersebut terdiri dari 3 hal, yaitu rutin, penelitian, dan ikhtiar.
a.
Rutin
merupakan kegiatan yang dilakukan terus menerus namun tidak ada perubahan. Jika
manusia selalu melakukan kegiatan secara rutin itu berarti manusia tidak
belajar, diibaratkan orang yang tidak pernah membaca. Rutin biasanya dilakukan
oleh hewan atau tumbuhan saja bukan manusia. Jika digambarkan dengan spiral,
rutin masih berbentuk spiral sama yaitu dari depan ke belakang memiliki bentuk
yang sama.
b. Pengalaman. Dalam hal ini sudah
termasuk dalam hal belajar. Orang dikatakan belajar ditandai dengan semakin
konsentrasinya orang tersebut terhadap suatu hal. Semakin konsentrasi dapat
menggambarkan bahwa seseorang tersebut telah membaca, telah bertambah ilmunya.
Jika digambarkan seperti gambar spiral yang semakin lama semakin mengecil
lingkaranya karena semakin fokus.
c.
Ikhtiar.
Berbeda dengan pengalaman yang semakin lama semakin fokus terhadap suatu hal,
ikhtiar merupakan usaha yang semakin lama semakin berkembang, semakin maju,
semakin baik dalam hidupnya. Ikhtiar berisi usaha yang terus menerus diimbangi
dengan doa yang tiada henti. Gambar spiral dalam hal ini seperti spiral yang
semakin lama semakin membesar, semakin berkembang menjadi lebih baik lagi.
Sebaik-baik orang hidup di dunia ini
adalah orang yang mau berusaha secara terus menerus dan berdoa yang tiada
henti. Usaha kita lakukan untuk mendapatkan yang kita inginkan, dan doa adalah
mengahrapkan sesuatu sesuai dengan petunjuk Alloh SWT. Hidup seseorang selalu
dipenuhi dengan doa dan ikhtiar.
Seperti halnya dalam teori belajar dan
mengajar, dan dalam kontek pengalaman dan material yang dimiliki oleh guru
nantinya dapat terlihat atau terwujud melalui PBM. PBM disini merupakan hasil
dari hermenitika guru yang menghasilkan cara mengajar kepada siswa sesuai
dengan cara berfikir siswa. Cara berfikir siswa dibagi menjadi 3 unsur yaitu
sikapnya, metodenya, materi (isi). Jika PBM ini adalah matematika, maka yang
dihasilkan adalah sikap matematika, metode matematika dan materi matematika.
Misalnya untuk mengetahui cara berfikir
siswa menggunakan RME (Realistik Mathematik Education), maka guru harus
mengerti teori RME yaitu siswa belajar mulai dari konkret-model konkret-model
formal-matematika formal. Jadi jika siswa akan belajar (materi/isi) mengenai penjumlahan
2+2=4, guru harus mengetahui metodenya yaitu dengan membawa benda nyata yang
bisa dipegang siswa, dilihat siswa,dll misalnya 4 buah apel.
Contoh lain guru mempelajari teori
bruner, yaitu guru mengetahui bahwa tahap pembelajaran dilakukan denga urutan
enactiv, icoonic, simbolik. Karena guru tahu bahwa urutan tahap pembelajaran
menurut Bruner dimulai dari enactiv, maka dalam pelaksanaanya juga menggunakan
enactiv atau benda nyata untuk mengajarkan pembelajaran kepada peserta didik.
Kesimpulan dari membangun Learning Trajectory dan Menerapkan ke dalam
Teaching Trajectory adalah untuk menjadi seorang guru perlu proses, perlu
hermenitika, perlu menerjemahkan dan diterjemahkan dari ilmu pengetahuan yang
dimiliki menjadi aplikasi yang tepat untuk diterapkan kepada peserta didik
sesuai dengan tahap perkembangan. Bagaimana itu Learning Trajectory didapat
dari belajar, dari membaca, dari pengalaman, dari teori yang ada diaplikaskan
ke dalam Teaching Trajectory yaitu bagaimana bisa mengajarkanya. Jadi guru yang baik haruslah guru yang
memiliki kompetensi yaitu will, attitude, knowledge, skill, experiment dari
sisi normatif. Kompetensi ini berkembang dengan berbagai referensi seperti
teori, penelitian seperi PTK. Intinya bahwa sebagai guru harus berproses dan
selalu berinovasi untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Bagaimana cara guru
mengetahui inovasi dalam pendidikan? Salah satunya adalah dengan pertemuan
antara dosen dan mahasiswa yaitu adanya pembelajaran adanya ilmu yang diterima
dari dosen kepada mahasiswa.
Selalu berproses dengan membaca, dengan
belajar, selalu mencari tahu, selalu berinovasi dari hasil belajar untuk
kemajuan peserta didik, untuk kemajuan Indonesia, untuk kemajuan pendidikan. Semangat
guru Indonesia !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar