Selasa, 17 Maret 2015

PROSES ILMU PENGETAHUAN DAN PENGARUHNYA



PROSES ILMU PENGETAHUAN DAN PENGARUHNYA

1.   Landasan umum manusia. 

Manusia pada dasarnya bagaikan sebuah batu keras, padat, dan utuh. Orang yang tidak mau berkembang, belajar, dan berusaha akan selamanya menjadi batu keras. Sebaik-baiknya orang adalah yang mampu memecahkan batu padat dan keras tersebut. Pecahkanlah batu keras dalam diri kita dengan belajar (membaca buku, sekolah, membaca blog yang relevan, dll) dan berkembang. Karena sejatinya ilmu dalam kehidupan ini berfungsi untuk melihat orang lain dan mengintropeksi diri sendiri. Belajarlah dengan ikhlas agar kita semakin banyak tahu dan mengetahui serta dapat mengintrospeksi diri sendiri dan juga orang lain. Dengan keikhlasan dalam belajar ini maka batu keras dan padat tersebut dapat pecah. Semakin kita mencari tahu dan banyak tahu tentang ilmu pengetahuan semakin pecah batu-batu tersebut menjadi kerikil kecil, pasir, air, dan nantinya akan memadat kembali menjadi gunung ilmu seperti gambar berikut.



Seorang yang belajar dan memiliki gelar S1 diibaratkan seperti telur yang baru memecah, lalu jika sudah lulus dari S2 dianggap sudah memiliki kreatifitas dalam dirinya, hingga akhirnya nanti bisa membangun hidup jika sudah lulus S3. Membangun hidup berarti orang tersebut telah memiliki banyak ilmu dari proses Hermenitika hidup ini. Hermenitika itu suatu proses menerjemahkan dan diterjemahkan. Orang sukses itu orang yang bisa menembus ruang dan waktu. Mereka bisa sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Setinggi-tingginya ilmu yang dimiliki oleh seseorang adalah yang bisa untuk membedakan antara langit dan bumi, luar dan dalam, dll.
Semakin berilmu mereka dapat membedakan segala sesuatu. Misalnya guru, guru yang baik dan berilmu adalah guru yang dapat membedakan semua karakteristik siswanya. Guru yang hanya menerangkan tanpa melihat karakteristik siswanya dianggap guru yang tidak memiliki ilmu. Mereka tidak dapat membedakan ilmu yang dia miliki dan bagaimana menyampaikanya kepada dunia anak-anak. Siswa berada pada masa konkret, jadi sebaiknya gunakanlah model pembelajaran yang konkret untuk menerangkan materi.
Sebagai manusia di dunia ini yang harus dilakukan adalah belajar dan berdoa. Belajar dengan ikhlas dengan cara membaca, membaca, dan membaca didampingi dengan doa yang terus menerus. Berdoa adalah kunci menembus ruang dan waktu. Berdoa dapat dimana saja dan kapan saja. Bahkan dapat dilakukan dengan tidur, naik motor, dan saat melakukan kegiatan lain. Untuk mendapatkan ilmu atau gunung ilmu kehidupan, yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan berusaha secara kontinyu atau terus menerus. Jangan sombong pada diri kita yang baru memiliki ilmu. Semakin kita banyak tahu, semakin kita merasa bahwa kita tidak memiliki apa-apa.

2.   Learning trajectory

Learning trajectory menjelaskan bagaimana guru dapat membedakan dengan jelas apa yang ada dan Learning trajectory itu sendiri yang digambarkan dalam bagan berikut ini. 



Seperti yang dijelaskan dalam bagan diatas bahwasanya sebagai seorang guru, kita sudah memiliki ilmu dari pembelajaran yang kita dapatkan di bangku sekolah hingga kuliah. Untuk itu, bedakanlah bagaimana cara mengajarkan ilmu kepada anak-anak. Ajarkanlah anak-anak seperti selayaknya dunia anak-anak.


Gambar-gambar diatas menjelaskan secara gamblang bahwa siswa dengan usianya memiliki tahap-tahap pembelajaran yang berbeda-beda. Misalnya pada gambar 2. Dijelaskan bahwa untuk menjelaskan kepada anak-anak dimulai dengan enactive, iconik dan simbolik. Jika siswa diajarkan oleh guru dengan cara menjelaskan di depan kelas seperti biasa berarti guru menjelaskan langsung menggunakan simbolik. Guru tidak mengetahui ilmu anak-anak. Begitu juga dengan gambar 3, gambar 4, dan gambar 5. Semua gambar tersebut menjelaskan bahwa dunia anak-anak adalah dunia konkret, menggunakan matematika realistik, karena siswa berada pada dunia operasional konkret, dan juga masa-masa ingatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar