PROSES ILMU PENGETAHUAN DAN PENGARUHNYA
1.
Landasan
umum manusia.
Manusia
pada dasarnya bagaikan sebuah batu keras, padat, dan utuh. Orang yang tidak mau
berkembang, belajar, dan berusaha akan selamanya menjadi batu keras.
Sebaik-baiknya orang adalah yang mampu memecahkan batu padat dan keras
tersebut. Pecahkanlah batu keras dalam diri kita dengan belajar (membaca buku,
sekolah, membaca blog yang relevan, dll) dan berkembang. Karena sejatinya ilmu
dalam kehidupan ini berfungsi untuk melihat orang lain dan mengintropeksi diri
sendiri. Belajarlah dengan ikhlas agar kita semakin banyak tahu dan mengetahui
serta dapat mengintrospeksi diri sendiri dan juga orang lain. Dengan keikhlasan
dalam belajar ini maka batu keras dan padat tersebut dapat pecah. Semakin kita
mencari tahu dan banyak tahu tentang ilmu pengetahuan semakin pecah batu-batu
tersebut menjadi kerikil kecil, pasir, air, dan nantinya akan memadat kembali
menjadi gunung ilmu seperti gambar berikut.
Seorang
yang belajar dan memiliki gelar S1 diibaratkan seperti telur yang baru memecah,
lalu jika sudah lulus dari S2 dianggap sudah memiliki kreatifitas dalam
dirinya, hingga akhirnya nanti bisa membangun hidup jika sudah lulus S3.
Membangun hidup berarti orang tersebut telah memiliki banyak ilmu dari proses
Hermenitika hidup ini. Hermenitika itu suatu proses menerjemahkan dan
diterjemahkan. Orang sukses itu orang yang bisa menembus ruang dan waktu.
Mereka bisa sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Setinggi-tingginya ilmu
yang dimiliki oleh seseorang adalah yang bisa untuk membedakan antara langit
dan bumi, luar dan dalam, dll.
Semakin
berilmu mereka dapat membedakan segala sesuatu. Misalnya guru, guru yang baik
dan berilmu adalah guru yang dapat membedakan semua karakteristik siswanya. Guru
yang hanya menerangkan tanpa melihat karakteristik siswanya dianggap guru yang
tidak memiliki ilmu. Mereka tidak dapat membedakan ilmu yang dia miliki dan
bagaimana menyampaikanya kepada dunia anak-anak. Siswa berada pada masa
konkret, jadi sebaiknya gunakanlah model pembelajaran yang konkret untuk
menerangkan materi.
Sebagai
manusia di dunia ini yang harus dilakukan adalah belajar dan berdoa. Belajar
dengan ikhlas dengan cara membaca, membaca, dan membaca didampingi dengan doa
yang terus menerus. Berdoa adalah kunci menembus ruang dan waktu. Berdoa dapat
dimana saja dan kapan saja. Bahkan dapat dilakukan dengan tidur, naik motor,
dan saat melakukan kegiatan lain. Untuk mendapatkan ilmu atau gunung ilmu
kehidupan, yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan berusaha secara kontinyu
atau terus menerus. Jangan sombong pada diri kita yang baru memiliki ilmu.
Semakin kita banyak tahu, semakin kita merasa bahwa kita tidak memiliki
apa-apa.
2.
Learning
trajectory
Learning
trajectory menjelaskan bagaimana guru dapat membedakan dengan jelas apa yang
ada dan Learning trajectory itu sendiri yang digambarkan dalam bagan berikut
ini.
Seperti
yang dijelaskan dalam bagan diatas bahwasanya sebagai seorang guru, kita sudah
memiliki ilmu dari pembelajaran yang kita dapatkan di bangku sekolah hingga
kuliah. Untuk itu, bedakanlah bagaimana cara mengajarkan ilmu kepada anak-anak.
Ajarkanlah anak-anak seperti selayaknya dunia anak-anak.
Gambar-gambar
diatas menjelaskan secara gamblang bahwa siswa dengan usianya memiliki
tahap-tahap pembelajaran yang berbeda-beda. Misalnya pada gambar 2. Dijelaskan bahwa
untuk menjelaskan kepada anak-anak dimulai dengan enactive, iconik dan
simbolik. Jika siswa diajarkan oleh guru dengan cara menjelaskan di depan kelas
seperti biasa berarti guru menjelaskan langsung menggunakan simbolik. Guru tidak
mengetahui ilmu anak-anak. Begitu juga dengan gambar 3, gambar 4, dan gambar 5.
Semua gambar tersebut menjelaskan bahwa dunia anak-anak adalah dunia konkret,
menggunakan matematika realistik, karena siswa berada pada dunia operasional
konkret, dan juga masa-masa ingatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar